Topeng

Kamis, 16 Juli 2009

Sebuah sore, sebelum malam....

Hari belum lagi gelap, sang surya masih bertahta diatas ronanya yang perlahan mulai memudar. Tik..tak...tik..tak.. detak itu merayap pelan di sebuah ruangan pengap tak berventilasi. Seorang lelaki terbangun dari tidurnya yang pulas, matanya masih terpicing menandakan tidurnya belumlah cukup. Dengan malas ia bangunkan seluruh tubuh untuk segelas air putih di sudut meja. “ Hahhh..sudah pukul 5 sore rupanya “, kali ini ia bawa tubuhnya kepada sebuah ruangan kecil untuk membasuh dan menyegarkan wajahnya sejenak. Lalu kembali lagi untuk segelas air putih dan sebatang rokok. Disulutnya perlahan, ia hisap dalam – dalam sampai kemudian mengepulkan asap – asap putih ke angkasa ruangan. Seakan asap – asap tersebut mensimbolkan cerita – cerita dikepalanya dan membawanya pada ingatan sebuah kejadian yang beberapa hari ini telah melelahkan fisik dan jiwanya, sampai membawanya tuk tidur sepanjang hari ini.

3 hari sebelumnya.....

“ Heyy, lo Rio khan, masih inget gw khan.., Dani teman seperjuangan dulu dikampus ”.
“ Ahhh yaa...yaa..gimana kabar lo.., wuihh hebat lo sekarang kerja dimana..?. “ gw dah jadi kordinator tim sukses yahh lumayan lahh,.. ok dehh ni kartu nama... kalau lo ada sempet telpon gw aja nanti kita ngobrol – ngobrol lagi okay..mpe ketemu yahh..”.
senyum sinis tiba – tiba saja mengembang dari bibir laki – laki itu, “ hmm ..Dani “ terbayang seorang kawan yang pernah dia kenal dulu waktu kuliah. Seorang teman yang selalu menarik dengan sifat radikal dan revolusionernya, bahkan negara dan pemerintah seakan hanyalah pentung bagi prinsipnya. Tapi hari ini ia lihat sosok lelaki yang berbeda. Dipandangnya selembar kartu nama, dan masih dengan senyum dinginnya ia selipkan kartu nama itu diantara 3 tong kuning yang tersedia.

“ woii bengong aja kau “, lamunannya terhenti oleh sesosok pria dengan gaya khas rap – rapnya. Dan kalau sudah begini biasanya selama satu jam kedepan ia akan terpaksa larut oleh cerita rumah tangga, dimana bayangan tokoh tigor dan lastri dalam suami - suami takut istri terpampang jelas.

Seorang teman pernah berkata kepadanya tentang hidup dan karakter manusia. Dalam hidup ada 2 hal : pikiran dan perasaan, dan terkadang 2 hal tersebut akan mendasari karakter dan perubahan seseorang. Dengan pikiran seseorang akan berubah dengan sebuah substansi ego yang ia punya.
Dan perasaan adalah watak alami untuk menerima sebuah perubahan yang terjadi. Karena semua manusia mempunyai seribu wajah dan karakter

Sebuah sore, sebelum malam......

Sudah habis batang ketiga, tak ada lagi niat tuk menyambung dengan batang ke empat. Kali ini ia bawa tubuhnya menuju sebuah lemari kayu, dipilihnya beberapa pakaian, lalu bercermin. Ia tatapi cermin itu sambil bertanya satu hal. “ dengan apa ku hadapi malam, jadi apa aku malam ini ? “, diambilnya sebuah wajah, sebuah karakter yang dingin dan kesepian. Kiranya akan menjadi pas untuk sebuah topeng malam ini.


0 komentar: